ASAL USUL DESA, BAHASA DAN BUDAYA DI DESA DAUN
MAKALAH
ASAL - USUL DESA, BAHASA DAN BUDAYA DI DESA DAUN KECAMATAN
SANGKAPURA PULAU BAWEAN KABUPATEN GRESIK
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas dari Mata Kuliah Pendidikan Bahasa Jawa yang diampuh oleh Bapak Fajar Agus Hari Firmasnyah, S.Pd.,M.Pd
Disusun Oleh :
1.
Syakilah
(230404072)
2.
Alfiqa
Syiatur Rohmah (230404073)
3. Mohammad Febrian Amin (230404081)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH GRESIK
2025
Kata Pengantar
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha
Esa, karena atas rahmat dan hidayah-Nya, makalah ini dapat diselesaikan dengan
baik dan tepat waktu. Makalah yang berjudul asal-usul Desa Daun Laut Kecamatan
Sangkapura Kabupaten Gresik, ini disusun sebagai salah satu syarat dalam
memenuhi tugas Mata Kuliah Pendidikan Bahasa Jawa.
Dalam penyusunan makalah ini, saya mendapatkan banyak
bantuan, bimbingan, serta dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, kami
ingin mengucapkan terima kasih kepada Bapak Fajar yang telah memberikan arahan,
saran, dan dukungan dalam proses penyelesaian makalah ini.
Saya berharap makalah ini dapat memberikan kontribusi
yang positif dan bermanfaat bagi semua pihak yang membacanya.
Gresik, 28 Maret 2025
Lala, Fiqa, Febri
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR................................................................................................ i
DAFTAR ISI.............................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................... 1
A. Latar
Belakang Masalah................................................................................. 3
B. Rumusan
Masalah.......................................................................................... 4
C. Tujuan............................................................................................................ 4
BAB
II PEMBAHASAN.......................................................................................... 3
A. Asal
- Usul Desa Daun.................................................................................. 5
B.
Bahasa
yang digunakan di Desa Daun .......................................................... 6
C.
Budaya
dalam Masyarakat Desa Daun.......................................................... 7
BAB
III PENUTUP................................................................................................... 10
A. Kesimpulan.................................................................................................... 10
B. Saran.............................................................................................................. 10
DAFTAR
PUSTAKA................................................................................................ 11
BAB
1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Geografi desa
merupakan cabang dari ilmu geografi yang mengkususkan diri pada studi pedesaan.
Desa merupakan obyek studi, sedang Geografi sebagai subyek studi artinya
didalam mempelajari desa dan permasalahannya dilihat melalui kaca mata
teori-teori geografi. Geografi sebagai suatu disiplin ilmu mempunyai ciri-ciri
khusus dalam meninjau obyek studinya. Geografi selalu berbicara tentang
interelasi, interaksi, inter dependensi maupun integrasi antara unsur-unsur
alam, manusia, ruang dan waktu, sehingga diperlukan kemam puan untuk melihat
gejala, proses, perubahan, perkembangan maupun asosiasi-asosiasi antar
unsur-unsur.
Geografi desa
merupakan suatu studi dalam bidang ilmu Geografi yang termasuk dalam kelompok
studi Geografi Manusia. Munculnya Geo grafi desa sebagai suatu studi dalam ilmu
Geografi yang berdiri sendiri sebagai sub-disiplin ilmu belum begitu lama.
Barulah disekitar akhir dasa warsa 1960-an Geografi Pedesaan mencapai bentuknya
yang lebih nyata.
Perkataan
"Dusun" "Desi" (ingat perkataan Swadesi), seperti juga
halnya dengan perkataan "negara", "Negari",
"Negory" (dari perkataan negaram), asalnya dari perkataan Sanskrit,
yang artinya tanah air, tanah asal, tanah kelahiran dan seterusnya.
Namun demikian dapat
dicatat bahwa desa mempunyai hubungan yang erat dengan lingkung an alam dan kegiatan
pada bidang, primer atau pengolahan produksi primer. Hal ini seperti dijelaskan
lebih lanjut oleh Harm]. de Blij (1977: 241), desa-desa dengan demikian,
merniliki variasi yang besar dalam ukuran dan bentuknya.
Setiap Desa memiliki
sejarah dan asal usul yang unik, yang mencerminkan perjalanan panjang untuk
membangun suatu kehidupan sosial, ekonomi, dan budaya. Desa tidak hanya menjadi
tempat tinggal, tetapi juga pusat kehidupan masyarakat yang diwariskan dari generasi
ke generasi.
Memahami asal usul
sebuah Desa sangat penting untuk mengetahui bagaimana desa terbentuk,
faktor-faktor yang mempengaruhinya, serta bagaimana perkembangannya dari masa
ke masa.
Secara luas, Desa
adalah suatu wilayah yang menjadi tempat tinggal sekelompok masyarakat dengan
sistem sosial, ekonomi, dan budaya yang khas, serta memiliki pemerintahan
sendiri yang berfungsi untuk mengatur kehidupan warga berdasarkan adat,
tradisi, dan peraturan yang berlaku. Desa tidak hanya sekadar pemukiman, tetapi
juga merupakan suatu kesatuan masyarakat hukum yang memiliki hak asal-usul dan
kewenangan dalam mengelola sumber daya serta menjalankan pemerintahan lokal.
Keberadaan Desa
sering kali berkaitan dengan sejarah migrasi, perkembangan sistem sosial, serta
faktor geografis dan ekonomi. Banyak desa yang terbentuk karena adanya sumber
daya alam yang melimpah, seperti sungai, hutan, atau tanah yang subur, yang
menarik kelompok masyarakat untuk menetap dan membangun kehidupan bersama.
Selain itu, unsur budaya dan adat istiadat juga menjadi bagian penting dalam
perkembangan suatu desa, karena tradisi yang diwariskan dari leluhur masih
tetap dijaga dan menjadi identitas yang khas.
B. Rumusan Masalah
Adapun
rumusan masalah dalam makalah in dibuat :
1. Bagaimana
asal-usul Desa Daun?
2.
Apa
yang Bahasa yang digunakan di Desa Daun?
3.
Bagaimana
budaya dalam Masyarakat Desa Daun?
C. Tujuan Makalah
Adapun tujuan makalah ini yaitu sebagai berikut :
1. Untuk
mengetahui bagaimana asal-usul Desa Daun
2.
Untuk
mengetahui Bahasa apa saja yang digunakan sehari-hari di Desa Daun
3.
Untuk
mengetahui budaya apa saja yang ada di Desa Daun
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Asal-usul Desa Daun
Kecamatan Sangkapura
Asal muasal nama Desa sehingga bernama
Daun adalah konon pada zaman dahulu ada seorang tokoh yang dituakan yang sering
disebut Pak Camat, waktu itu menuturkan bahwa penduduk disekitar wilayah itu
yang tidak jauh dari pantai memanfaatkan daun dari suatu pohon sebagai atap
rumah sebagian besar warga setempat, karna masyarakat banyak memanfaatkan daun
dari pohon tersebut, maka pohon itu dinamakan pohon daun, begitu juga
seterusnya karna masyarakat setempat banyak memanfaatkan pohon daun tersebut
sebagai atap rumah maka mayoritas masyarakat di luar kampung tersebut menyebut
kampung Daun.
Pohon tersebut biasanya tumbuh dipinggir
laut, dan sampai saat ini masih dilestarikan karena disamping mempunyai nilai
sejarah tetapi juga banyak memberikan manfaat bagi masyarakat setempat, tidak
hanya daun-nya yang dimanfaatkan tapi buahnya enak untuk dimakan, bahkan secara
aliami keberadaan pohon tersebut menjadi benteng atau penahan terjadinya abrasi
dilaut.
Karena banyak masyarakat yang menyebut
perkampungan Daun maka tokoh yang dituakan tersebut berinisiatif untuk menberi
nama tempat perkampungannya sebagai perkampungan DAUN (Desa Daun) dengan
harapan walaupun Desa ini diterpa ombak atau gelombang zaman ia tidak akan
tenggelam dan terseret, tetapi kokoh terus melambai lambai kesegala arah,
betapapun moderannya kehidupan dunia ini, Desa Daun akan selalu terjaga
ke-alamiannya seperti hijaunya daun yang tidak perna pudar.
Ada
2 versi untuk penamaan Desa Daun, yaitu yang pertama ada istilahnya tabib
(dokter) sebaga penyembuh berbagai penyakit, untuk ramuan yang dipakai yaitu
dedaunan seperti daun kunyit, laos dan sebagainya sehingga orang yang berobat
bisa sembuh dengan hanya obat daun tersebut. Untuk versi yang ke dua yaitu ada
pohon yang namanya pohon Nipa, dimana pohon Nipa ini multi fungsi selain
menahan abrasi di laut pohon ini juga sebagai atap rumah (bellik), ada yang
namanya caping (caddheng) untuk berlindung dari hujan atau sebagai pengganti
payung, dan pupusnya juga digunakan untuk kertas tembakau yang menjadi rokok
tetapi untuk pengelolaannya sedikit ribet karena masih membutuhkan wakt 2-3
hari untuk bisa digunakan, dan untuk batangnya bisa digunakan untuk kayu
bakar. Pak hidan (salah satu tokoh
masyarakat) mengatakan bahwa nama Desa Daun ini bukan pure dari masyarakat
tetapi nama Desa Daun ini dinamai oleh masyarakat sebelah, sehingga dicetuskan
oleh masyarakat Daun atas persetujuan bersama.
B. Bahasa
yang digunakan sehari-hari di Desa Daun
Menurut Gorys Keraf
(2004 : 1), bahasa adalah alat komunikasi antara anggota masyarakat berupa
simbol bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Ketika anggota masyarakat
menginginkan untuk berkomunikasi dengan sesamanya, maka orang tersebut akan
menggunakan suatu bahasa yang sudah biasa digunakannya untuk menyampaikan
sesuatu informasi. Pada umumnya bahasa-bahasa tersebut dapat berbeda antara
satu daerah dengan daerah yang lain, hal ini dapat dikarenakan adanya perbedaan
kultur, lingkungan dan kebiasaan yang mereka miliki.
Pak hidan (tokoh
masyarakat) mengatakan bahwa Untuk bahasa yang digunakan di Desa Daun yaitu
dimana bahasa ini campuran dari bahasa bugis dan bahasa jawa. Menurutnya bahasa
yang paling kasar adalah di Desa Daun karena gabungan dari bahasa jawa (jawanya
agak ketimur seperti jember, madura dsb) dan bugis. Bahasa yang digunakan di Desa
Daun ini berbeda dengan desa lain, untuk daerah pesisir lainnya masih halus
tidak seperti Desa Daun.
Sedangkan Pak Jamal
(tokoh masyarakat) mengatakan untuk bahasa yang digunakan di Desa Daun ini yaitu
gabungan dari melayu, jawa, kalimantan, madura, arab. Tak banyak orang yang
mengatakan bahwa bahasa yang digunakana pulau bawean ini sering di sama-samakan
dengan madura, memang ada dulu orang madura yang singgah dan menetap di bawean,
jadi bahasanya campur karena ini banyaknya pendatang di zaman dulu, tetapi ini
lebih ke bahasa bawean bukan Desa Daun.
C. Budaya dalam Masyarakat
Budaya adalah pola
hidup yang berkembang dan dimiliki oleh suatu kelompok masyarakat, yang
diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya mencakup nilai-nilai, norma, adat
istiadat, bahasa, seni, teknologi, serta kebiasaan yang membentuk identitas
suatu komunitas atau bangsa. Budaya didefinisikan sebagai cara hidup orang yang
dipindahkan dari generasi ke generasi melalui berbagai proses pembelajaran
untuk menciptakan cara hidup tertentu yang paling cocok dengan lingkungannya.
Budaya merupakan pola asumsi dasar bersama yang dipelajari kelompok melalui
pemecahan masalah adaptasi eksternal dan integrasi internal. Sekelompok orang
terorganisasi yang mempunyai tujuan, keyakinan dan nilai nilai yang sama, dan
dapat diukur melalui pengaruhnya pada motivasi (Michael Zwell, 2000).
1. Mandailing Desa Daun
Tari Mandailing Daun
Untuk budaya di Desa
Daun ini ada yang namanya tari saman (kercengan), madailing khas Desa Daun.
Untuk mandailing sendiri ini masih terbagi lagi yaitu ada puja sera dan rayuan
sukma dimana pamerannya ada seorang laki-laki dan perempuan yang menari/menyanyi.
Mandailing ini merupakan Salah satu kesenian yang populer di kalangan
masyarakat Bawean terkhususnya warga
desa daun adalah Mandiling. Grup kesenian ini biasanya kerap diundang di
acara-acara kemasyarakatan seperti pernikahan atau sejumlah hajatan lainnya.
Seniman Mandiling biasanya sangat ahli dalam perpantun, baik yang laki-laki maupun
perempuan. Tidak hanya berpantun, mereka juga menari berpasang-pasangan.
Mandiling adalah seni
berbalas pantun khas Bawean yang diiringi oleh instrument jidor, gong,
accordion. Awalnya, pantun dinyanyikan sambil menari oleh pasangan laki-laki
yang salah satunya berdandan ala perempuan.
2.
Kercengan
(tari saman)
Seni ini merupakan perpaduan antara saman dan samra.
Biasanya sekelompok wanita akan duduk berbaris. Semuanya berseragam dan memakai
sarung tangan warna putih.
Selanjutnya mereka akan menggerakkan tangan ke sana-kemari, diiringi alunan irama padang pasir. Berbeda dengan samra yang hanya memakai rebana, di seni ini, pemakaian alat musik full diperkenankan.
3. Makanan khas Desa Daun Nasi Gulung (Nasek Ghulung)
Nasek Ghulung merupakan nasi yang digulung menggunakan daun pisang berukuran besar, kemudian diikat dengan tali, biasanya dibuat ketika ada acara makan ke pantai dan dilengkapi dengan sambal khas yaitu Buje Cabbhi. Untuk nasi gulung sediri ini ada 2 jenis di desa daun, ada yang warnanya hijau biasanya dibawa ketika orang bepergian jauh seperti layar ke singapura, malaysia dan sebagainya, untuk nasi gulung yang hijau ini bisa bertahan 3 hari - 1 minggu di suhu ruang.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Desa Daun yang terletak di Kecamatan Sangkapura, Kabupaten Gresik,
memiliki sejarah dan budaya yang sangat unik dan kaya. Nama "Daun"
sendiri memiliki dua versi asal-usul, salah satunya berasal dari pohon Nipa
yang banyak dimanfaatkan masyarakat sebagai atap rumah dan bahan keperluan
sehari-hari, serta digunakan dalam pengobatan tradisional. Desa ini memiliki
akar budaya yang kuat serta nilai sejarah yang kental, yang masih terus dijaga
oleh masyarakatnya. Bahasa yang
digunakan masyarakat Desa Daun merupakan perpaduan dari berbagai unsur bahasa
seperti Jawa, Bugis, Melayu, Arab, hingga Kalimantan. Hal ini disebabkan oleh
pengaruh sejarah migrasi dan banyaknya pendatang dari luar daerah. Bahasa yang
digunakan memiliki ciri khas yang berbeda dibanding desa-desa lainnya di Pulau
Bawean. Budaya lokal seperti Mandailing, Kercengan (tari saman),
serta kuliner khas seperti Nasi Gulung (Nasek Ghulung), menjadi
identitas yang kuat bagi masyarakat Desa Daun. Tradisi ini menjadi bentuk
kekayaan budaya yang tidak hanya diwariskan secara turun-temurun, tetapi juga
memperkuat ikatan sosial dalam kehidupan bermasyarakat.
B. Saran
Perlu adanya dokumentasi
yang lebih sistematis terhadap sejarah dan budaya Desa Daun agar dokumentasi
tersebut tidak hilang ditelan zaman.
DAFTAR PUSTAKA
Dilahur, D. "Geografi Desa dan Pengertian Desa." Forum
Geografi. Vol. 8. No. 2. 2016.
Aini, Nur. "Bahasa Indonesia Sebagai Alat Media Komunikasi
Sehari-Hari." (2019).
Syakhrani, Abdul Wahab, and Muhammad Luthfi Kamil. "Budaya dan
kebudayaan: Tinjauan dari berbagai pakar, wujud-wujud kebudayaan, 7 unsur
kebudayaan yang bersifat universal." Cross-border 5.1
(2022): 782-791.
Komentar
Posting Komentar